Rabu, 31 Oktober 2012

atonia uteri


ATONIA UTERI
Oleh : Ryan Septiani

Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

Penyebab
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1.        Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2.        Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3.        Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4.        Partus lama / partus terlantar
5.        Malnutrisi.
6.        Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

Penanganan
1.        Periksa kontraksi uterus
2.        Evaluasi bekuan darah
3.        Kompresi bimanual interna (KBI) maksimal 5 menit
4.        Pertahankan KBI selama 1-2 menit
5.        Ajarkan keluarga melakukan Kompresi bimanual eksterna (KBE)
6.        Keluarkan tangan secara hati-hati
7.        Suntikan metyl ergometrin 0,2 mg IM
8.        Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin guyur
9.        Lakukan KBI lagi
10.    Periksa kontraksi uterus kembali jika sudah berkontraksi lakukan pengawasan kala IV jika belum berkontraksi siapkan rujukan dengan melanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin minimal 500cc hingga mencapai tempat tujuan. Selama perjalanan dapat dilakukan kompresi aorta abdominalis atau KBE

Senin, 29 Oktober 2012

NIFAS PATOLOGI (PERDARAHAN POST PARTUM)



PERDARAHAN POST PARTUM
Oleh : Siti Mahmudah


Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500 ml atau lebih sesudah anak lahir. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri dan laserasi jalan lahir .
Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu ; ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan ( perdarahan postpartum, plasenta previa, solution plaentae, kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri ) disebabkan oleh perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia mengurangkan daya tahan tubuh.
Gejala klinis perdarahan post partum berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
Diagnosis perdarahan post partum  biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun. Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi. sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik. Dalam hal uterus berkontaraksi dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan pascapersalinan dapat dicegah. Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam persalinan.


 

Minggu, 28 Oktober 2012

NIFAS PATOLOGI (postpartum blues)



POSTPARTUM BLUES
           
Oleh : Siti Mahmudah 
 
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.
Postpartum blues  dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang ibu yang baru melahirkan, antara lain mudah tersinggung (iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba, cemas yang berlebihan, mood yang labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan, merasa tidak bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya,sulit,berkonsentrasi dan membuatkeputusan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara  Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu, Menu makanan yang seimbang, Olah raga secara teratur, Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya, Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami, Rekreasi.
Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi terjadinya postpartum blues. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.


Rabu, 24 Oktober 2012

mastitis


MASTITIS

Oleh Noviyana Isnaeni

Mastistis merupakan infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri, pembengkakan dan kemerahan pada payudara. Umumnya gejalanya disertai dengan demam dan menggigil.
Penyakit mastitis ini umumnya menyerang wanita yang sedang menyusui, atau disebut juga dengan masitits laktasi. Yakni terjadi pada tiga bulan pertama setelah melahirkan (postpartum), atau bisa juga terjadi selama menyusui. Meskipun demikian, seorang ibu masih bisa terus menyusui bayinya saat mastitis. Selain pada wanita menyusui, terkadang mastitis juga menyerang perempuan yang sedang tidak menyusui.

Gejala-gejala yang biasa timbul adalah : 
Payudara terasa lembut atau hangat ketika disentuh, Pembengkakan pada payudara, Nyeri atau rasa terbakar saat menyusui, Kulit kemerahan, Demam, Mastitis laktasi cenderung mempengaruhi hanya satu payudara
Penyebab mastitis ini adalah bakteri yang memasuki payudara melalui kulit puting susu yang retak atau melalui lubang bukaan saluran susu pada puting susu. Bakteri pada permukaan kulit dan mulut bayi memasuki saluran susu dan berkembang biak, sehingga menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan payudara karena infeksi.
Untuk mencegah terjadinya mastitis ini, sebaiknya lakukan perawatan yang benar terhadap payudara Anda, serta lakukan pengobatan yang tepat apabila telah terinfeksi.
  • Antibiotik. Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah kekambuhan.
  • Perawatan diri. Istirahat, tetap menyusui dan minum cairan tambahan dapat membantu tubuh mengatasi infeksi payudara.
  • Menyesuaikan teknik menyusui. Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar. Dokter dapat mengajari teknik menyusui yang baik.
Periksa kembali ke dokter, jika mastitis belum juga sembuh setelah minum antibiotik. Konsultasikan apakah itu kanker atau mastitis biasa, karena kanker inflamasi payudara juga dapat menyebabkan kemerahan dan pembengkakan yang gejala awalnya serupa dengan mastitis.