LASERASI JALAN LAHIR
Oleh : Ryan septiani
1.
Klasifikasi
Tingkat
perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
a.
Tingkat I: bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa
vagina atau kulit perineum
b.
Tingkat II : adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas
ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma
urogenital
c.
Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam
yang menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di depan
2.
Faktor Resiko
1.
Makrosomia
2.
Malpresentasi
3.
Partus presipitatus
4.
Distosia bahu
3.
Penatalaksanaan
1.
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi
laserasi dan sumber perdarahan
2.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptik
3.
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap
4.
Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling
distal dari operator
5. Khusus
pada ruptura perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum) dilakukan
penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sbb:
a)
Setelah prosedur aseptik-antiseptik, pasang busi pada
rektum hingga ujung robekan
b)
Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan
simpul submukosa, menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/Vicryl)
hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan jahit dengan
benang no. 2/0
c)
Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan
submukosa dengan benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur
d)
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara
submukosal dan subkutikuler
e)
Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g dan
metronidazol 1 g per oral). Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila
luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda
infeksi yang jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar