Rabu, 07 November 2012

NIFAS PATOLOGI


LASERASI JALAN LAHIR
Oleh    : Ryan septiani

1.        Klasifikasi
Tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
a.    Tingkat I: bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum
b.    Tingkat II : adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital
c.    Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di depan

2.        Faktor Resiko
1.    Makrosomia
2.    Malpresentasi
3.    Partus presipitatus
4.    Distosia bahu

3.        Penatalaksanaan
1.    Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
2.    Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
3.    Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap
4.    Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal dari operator
5.    Khusus pada ruptura perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum) dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sbb:
a)      Setelah prosedur aseptik-antiseptik, pasang busi pada rektum hingga ujung robekan
b)      Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa, menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/Vicryl) hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan jahit dengan benang no. 2/0
c)      Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur
d)     Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan subkutikuler
e)      Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g dan metronidazol 1 g per oral). Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar